Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), diperdagangkan di kisaran US$ 57,15 pada awal sesi perdagangan Eropa, Selasa (tanggal sesuai konteks). Pergerakan WTI cenderung defensif seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan minyak global.
Pelaku pasar kini menanti rilis laporan stok minyak mentah mingguan dari American Petroleum Institute (API) yang dijadwalkan keluar Selasa malam waktu setempat. Di saat yang sama, perhatian investor juga tertuju pada perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang akan digelar akhir pekan ini.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya atau dikenal dengan OPEC+ tetap berpegang pada rencana untuk meningkatkan produksi minyak. Keputusan tersebut mendorong sejumlah analis memproyeksikan terjadinya surplus pasokan minyak, baik untuk tahun ini maupun tahun depan. Badan Energi Internasional (IEA) sebelumnya juga memperkirakan surplus minyak global dapat mencapai hampir 4 juta barel per hari pada tahun 2026.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan Tiongkok dijadwalkan mengadakan pertemuan di Malaysia pada akhir pekan sebagai bagian dari pembahasan kerja sama perdagangan, menjelang pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang direncanakan berlangsung akhir bulan ini. Setiap indikasi meningkatnya ketegangan antara dua negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia berpotensi menambah kekhawatiran pasar terkait perlambatan ekonomi global dan penurunan permintaan energi, yang bisa menekan harga WTI lebih jauh.
Namun, ekspektasi terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) pada pertemuan kebijakan Oktober memberikan sedikit dukungan bagi harga minyak. Pasar memperkirakan peluang hampir 99% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pekan depan, dengan potensi penurunan lanjutan pada Desember mendatang, menurut data FedWatch dari CME.
Kebijakan moneter yang lebih longgar umumnya menekan nilai Dolar AS (USD), sehingga memberikan dorongan bagi harga komoditas yang dihargakan dalam dolar. Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah menjadi lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri dan membantu menahan tekanan penurunan harga WTI.
Sumber: fxstreet
Bagikan Berita Ini