Harga emas dunia kembali tergelincir ke posisi terendah dalam hampir dua minggu pada perdagangan Rabu (22/10/2025) waktu setempat, memperpanjang penurunan tajam sehari sebelumnya yang menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir.
Mengutip Reuters, pelemahan ini dipicu oleh aksi ambil untung besar-besaran dari para investor menjelang publikasi data inflasi Amerika Serikat (AS).
Harga emas spot ditutup melemah 0,66% ke level US$ 4.098,34 per troy ons, meskipun sempat mengalami kenaikan di awal sesi perdagangan.
Sejak awal tahun, harga emas masih mencatat kenaikan signifikan sekitar 57% dan bahkan sempat menembus rekor tertinggi sepanjang masa di level US$ 4.381,18 per troy ons pada Senin (20/10/2025). Lonjakan tersebut dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi global, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, serta derasnya arus dana ke produk ETF berbasis emas.
Namun, pada perdagangan Selasa (21/10/2025), emas anjlok hingga 5,3%, menjadi penurunan harian terbesar sejak tahun 2020.
“Setelah reli besar dalam beberapa pekan terakhir, aksi ambil untung menjelang rilis data inflasi CPI pada Jumat mendatang memang wajar terjadi,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Secara teknikal, harga emas masih mendapatkan dukungan di sekitar rata-rata pergerakan 21 hari, yakni di kisaran US$ 4.005 per troy ons.
Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk September, yang sempat tertunda akibat penutupan pemerintahan, diperkirakan menunjukkan inflasi inti bertahan di 3,1%.
Investor kini juga memperkirakan hampir pasti bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan pekan depan. Biasanya, kondisi suku bunga rendah menjadi faktor positif bagi emas, yang tidak memberikan imbal hasil bunga (non-yielding asset).
Di sisi lain, Rusia menyebut masih menyiapkan kemungkinan pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump, sementara pelaku pasar juga menunggu perkembangan terkait rencana pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping pekan depan.
“Kami tetap optimistis terhadap prospek emas dan perak hingga 2026. Setelah koreksi wajar ini, pasar tampaknya akan menyadari bahwa faktor-faktor yang mendorong reli besar tahun ini belum benar-benar hilang,” tutur Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.
Bagikan Berita Ini