• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

Safe Haven Mode: ON, Harga Emas Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa

Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi baru pada perdagangan Selasa (7/10/2025), memperpanjang reli tajamnya di tengah meningkatnya ketidakpastian politik di Amerika Serikat (AS). Permintaan terhadap aset safe haven seperti emas terus melonjak seiring kekhawatiran pasar terhadap dampak shutdown pemerintahan AS.

Dikutip dari Reuters, harga emas juga mendapat dukungan dari ekspektasi kuat bahwa Federal Reserve (The Fed) akan kembali memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Pada pukul 14.43 WIB, walaupun harga emas turun 0,25% menjadi US$ 3.950,22 per troy ounce, namun sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 3.977,17 pada awal sesi perdagangan.

Menurut Analis Pasar Senior OANDA, Kelvin Wong, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Oktober dan Desember masih di atas 80%. “Kebuntuan politik di Kongres AS yang memicu shutdown pemerintahan juga memperkuat permintaan terhadap aset aman seperti emas,” jelasnya.

Namun, Presiden The Fed Kansas City, Jeff Schmid, menyatakan bahwa bank sentral perlu tetap berhati-hati terhadap risiko inflasi yang masih tinggi dan tidak terburu-buru memangkas suku bunga lebih lanjut. Meski begitu, data CME FedWatch menunjukkan pasar memperkirakan peluang 95% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober, dan 83% pada Desember.

Emas, sebagai aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset), biasanya menguat dalam kondisi suku bunga rendah dan ketidakpastian ekonomi global.

Sepanjang 2025, harga emas telah melesat sekitar 51%, ditopang oleh pembelian besar-besaran bank sentral dunia, meningkatnya arus dana ke ETF berbasis emas, pelemahan dolar AS, serta tingginya permintaan investor ritel di tengah ketegangan perdagangan dan geopolitik.

Goldman Sachs bahkan menaikkan proyeksi harga emas untuk Desember 2026 menjadi US$ 4.900 per troy ounce dari sebelumnya US$ 4.300, dengan alasan meningkatnya arus investasi ke ETF Barat dan pembelian agresif oleh bank sentral.

 

sumber : investor.id

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?