West Texas Intermediate (WTI), acuan utama minyak mentah Amerika Serikat (AS), diperdagangkan di kisaran US$ 61,15 per barel pada Selasa (pukul 13.10 WIB). Harga minyak melemah karena Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) diperkirakan akan kembali menaikkan produksi pada bulan Desember.
Menurut laporan terbaru Bloomberg yang mengutip dua sumber dari dalam organisasi tersebut, OPEC+ berencana melakukan pemungutan suara terkait peningkatan produksi sebesar 137.000 barel per hari (bph). Skenario dasar memperkirakan total output dapat pulih hingga sekitar 1,66 juta bph, namun sejauh ini belum tercapai kesepakatan tentang kecepatan peningkatan produksi selanjutnya. Rencana kenaikan pasokan minyak ini berpotensi menekan harga WTI dalam waktu dekat.
Meski demikian, optimisme terhadap tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok diyakini dapat menahan pelemahan harga minyak. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada Minggu lalu mengatakan bahwa kesepakatan tersebut kemungkinan akan menghapus ancaman tarif 100% atas impor dari Tiongkok yang dijadwalkan berlaku pada 1 November. Ia menambahkan bahwa kesepakatan itu juga mencakup “perjanjian akhir” terkait penjualan aplikasi TikTok di AS.
Sebelumnya, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan pada Kamis mendatang, di sela-sela KTT Asia. Kemajuan dalam upaya meredakan ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini diharapkan dapat meningkatkan prospek permintaan minyak global serta menopang harga.
Selain itu, harga WTI juga mendapat dukungan dari penerapan sanksi baru AS terhadap Rusia dan meningkatnya risiko geopolitik. Pada Rabu lalu, pemerintahan Trump mengumumkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia, Rosneft dan Lukoil, karena dianggap tidak menunjukkan komitmen serius dalam proses perdamaian untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Menurut Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior di BOK Financial, kebijakan sanksi tersebut dapat berdampak negatif terhadap ekspor minyak Rusia jika benar-benar diterapkan, sehingga berpotensi menjadi faktor positif bagi harga minyak mentah di pasar global.
Sumber: FXStreet
Bagikan Berita Ini