Harga emas dunia kembali melonjak tajam pada Kamis (16/10/2025) waktu setempat, menembus rekor tertinggi sepanjang masa di atas US$ 4.300 per ounce. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap aset aman (safe haven) seiring memanasnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Mengutip Reuters, lonjakan harga emas juga diperkuat oleh ketidakpastian pasar akibat penutupan sebagian kegiatan pemerintahan (shutdown) di AS. Harga emas spot tercatat naik 2,83% dan ditutup di posisi US$ 4.325,88 per ounce, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah di US$ 4.330,52 per ounce. Pada Jumat pagi (17/10/2025) pukul 06.50 WIB, harga emas bahkan terus menanjak hingga mencapai US$ 4.379,22 per ounce.
Sepanjang tahun ini, harga emas telah melejit lebih dari 60%, terdorong oleh berbagai faktor seperti ketegangan geopolitik global, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, tren dedolarisasi, serta arus modal masuk ke ETF emas.
Analis MarketPulse dari OANDA, Zain Vawda, menyebutkan bahwa pergerakan harga emas ke depan akan sangat ditentukan oleh arah kebijakan moneter The Fed menjelang 2026 serta perkembangan hubungan dagang AS–China. Ia menambahkan, jika negosiasi kedua negara gagal dan ketegangan terus meningkat, harga emas berpotensi menembus US$ 5.000 per ounce.
Isu geopolitik kembali menghangat setelah AS menuduh kebijakan ekspor mineral tanah jarang (rare earth) oleh China dapat mengganggu rantai pasok global.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat mengadakan pertemuan puncak lanjutan untuk membahas upaya penyelesaian konflik Ukraina. Pertemuan ini dijadwalkan satu hari sebelum Trump berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Pasar saat ini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Oktober dan Desember, dengan peluang masing-masing 98% dan 95%. Lingkungan suku bunga rendah biasanya memperkuat daya tarik emas karena menekan imbal hasil aset berisiko.
“Setiap penurunan harga emas dalam jangka pendek kemungkinan hanya bersifat sementara, karena investor cenderung memanfaatkan koreksi tersebut untuk kembali masuk pasar,” ujar Vawda.
HSBC juga merevisi naik proyeksi rata-rata harga emas untuk tahun 2025 menjadi US$ 3.355 per ounce, dengan pertimbangan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven, ketidakpastian ekonomi global, dan pelemahan dolar AS.
Di sisi lain, penutupan sebagian pemerintahan AS menyebabkan sejumlah rilis data ekonomi tertunda. Seorang pejabat Departemen Keuangan memperingatkan, kondisi ini berpotensi mengakibatkan kerugian ekonomi hingga US$ 15 miliar per pekan akibat hilangnya output nasional.
sumber : investor.id
Bagikan Berita Ini