Harga minyak tidak banyak berubah pada pembukaan perdagangan Rabu (12/7/2023). Pada perdagagangan sebelumnya minyak naik 2%, efek penurunan dolar AS dan perkiraan permintaan global akan minyak bumi meningkat.
Harga minyak mentah WTI dibuka stagnan di posisi US$74,83 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka melemah tipis 0,10% ke posisi US$79,32 per barel.
Pada perdagangan Selasa (11/7/2023), minyak WTI di tutup melesat 2,52% ke posisi US$74,83 per barel, begitu juga minyak brent naik 2,20% ke posisi US$79,4 per barel.
Harga minyak sebagian besar tidak berubah pada awal perdagangan Asia pada hari Rabu karena harapan untuk permintaan yang lebih tinggi di negara berkembang dan pengurangan pasokan oleh eksportir minyak terbesar dunia mengimbangi kekhawatiran penurunan ekonomi yang mendorong naiknya stok minyak mentah AS.
Dengan membatasi harga, persediaan minyak mentah AS naik sekitar 3 juta barel dalam sepekan hingga 7 Juli, menurut sumber pasar yang mengutip angka industri American Petroleum Institute. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan 500.000 barel stok minyak mentah.
Jika dikonfirmasi dalam data dari Administrasi Informasi Energi pada hari Rabu, data persediaan tersebut menjadi stok minyak mentah pertama yang dibangun dalam empat minggu dan dibandingkan dengan peningkatan 3,3 juta barel pada minggu yang sama tahun lalu dan penurunan rata-rata lima tahun sebesar 6,9 juta barel.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pasar minyak akan tetap kuat pada semester dua tahun 2023, mengutip permintaan yang kuat dari China dan negara berkembang yang dikombinasikan dengan pengurangan pasokan yang baru diumumkan, termasuk oleh eksportir utama Arab Saudi dan Rusia.
Pada saat yang sama, EIA AS pada hari Selasa memproyeksikan permintaan akan melampaui pasokan sebesar 100.000 barel per hari (bpd) pada tahun 2023 dan sebesar 200.000 bpd pada tahun 2024.
Pasar sedang menunggu data inflasi AS pada hari Rabu sebagai petunjuk prospek suku bunga. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
sumber:CNBC Indonesia
Bagikan Berita Ini