Harga emas dunia melemah pagi ini. Pada perdagangan Selasa (4/7/2023) pukul 06:05 WIB harga emas dunia di pasar spot terpantau berada di posisi US$ 1.921,09 per troy ons. Harganya turun tipis 0,02%.
Pada perdagangan awal pekan, Senin (3/7/2023) harga emas ditutup menguat 0,1% ke posisi US$ 1.921,43 per troy ons. Dengan ini, memperpanjang tren positif emas sejak perdagangan 29 Juni lalu. Sejak itu, harganya belum pernah melemah hingga perdagangan pagi ini.
Harga emas sedikit berubah dipicu oleh dolar AS yang lebih kuat membebani daya tarik emas, sementara pasar menunggu data ekonomi utama untuk informasi lebih lanjut tentang jalur kenaikan suku bunga The Fed ke depan.
"Dalam waktu dekat, saya menduga pullback menuju area US$ 1.910-1.913 akan tersentak dan pembeli akan mencoba dan menargetkan tertinggi di sekitar US$1.937," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index dikutip dari Reuters.
Simpson mengatakan pembelian oleh pemburu barang murah bisa mendukung emas.
Sementara belanja konsumen AS yang stagnan pada Mei menyarankan kenaikan suku bunga Fed untuk menjinakkan inflasi perlahan-lahan berhasil, indeks harga PCE inti, ukuran yang disukai Fed untuk melacak inflasi, meningkat 4,6% tahun-ke-tahun, setelah naik 4,7% di bulan April.
Investor melihat peluang 87% dari kenaikan suku bunga 25 basis poin pada bulan Juli, menurut alat Fedwatch CME, dan mengharapkan suku bunga tetap di kisaran 5,25% -5,5% sebelum pemotongan pada tahun 2024.
Bullion berakhir 2,5% lebih rendah untuk kuartal kedua di tengah ekspektasi jalur kenaikan suku bunga Fed yang lebih lama. Suku bunga tinggi menghambat investasi dalam emas yang tidak menghasilkan.
Untuk diketahui, Bob Haberkorn, analis dari RJO Futures,mengingatkan pergerakan emas akan sangat rentan pekan ini karena banyaknya data dan agenda penting yang digelar pekan ini. Di antaranya adalah data inflasi AS yang akan keluar hari ini serta keputusan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)
Indeks dolar mendekati level tertinggi dua minggu pada hari Jumat, membuat emas menjadi mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Pekan padat data di AS mencakup lowongan pekerjaan Departemen Tenaga Kerja AS dan survei perputaran tenaga kerja, laporan penggajian bulanan, dan risalah pertemuan Fed 13-14 Juni.
Sementara data ekonomi yang kuat dapat melihat The Fed hawkish dalam jangka pendek, akhir dari siklus kenaikannya pada paruh kedua tahun 2023 dapat menjadi dukungan struktural dalam jangka menengah dan panjang, kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
sumber:CNBC Indonesia
Bagikan Berita Ini