Harga emas dunia menutup perdagangan Kamis (30/10/2025) dengan kenaikan tajam lebih dari 2%. Lonjakan ini dipicu oleh keputusan Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan, disertai meningkatnya keraguan pasar terhadap efektivitas kesepakatan dagang terbaru antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Harga emas spot tercatat melonjak 2,39% ke posisi US$ 4.024,24 per ons, mencatat salah satu penguatan harian terbesar dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut laporan Reuters, pergerakan emas menguat setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan pemangkasan tarif impor terhadap produk asal China — dari 57% menjadi 47%. Sebagai bagian dari kesepakatan, pihak Beijing bersedia melanjutkan pembelian kedelai dari AS, memperbolehkan kembali ekspor mineral rare earth, serta memperketat pengawasan terhadap perdagangan ilegal fentanyl.
Namun, optimisme pasar terhadap kesepakatan itu cepat mereda. Managing Partner CPM Group, Jeffrey Christian, menilai euforia awal pasar tak bertahan lama.
“Harga emas sempat turun di awal sesi, tetapi setelah detail kesepakatan diumumkan dan dinilai terlalu dangkal, investor kembali mencari aset aman seperti emas,” ujar Christian.
Sejalan dengan itu, pasar saham global juga terkoreksi, karena kekhawatiran bahwa kesepakatan dagang tersebut tidak akan memberikan dampak jangka panjang yang signifikan.
Dari sisi kebijakan moneter, The Fed memangkas suku bunga acuannya pada Rabu (29/10/2025), sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Namun, bank sentral AS memberi sinyal bahwa langkah tersebut kemungkinan menjadi pemangkasan terakhir tahun ini. Keputusan ini diambil di tengah ancaman penutupan sementara (shutdown) pemerintahan AS, yang dapat menghambat publikasi data ekonomi penting.
Dalam situasi suku bunga rendah, emas menjadi lebih menarik karena tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset), namun berfungsi sebagai instrumen lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.Lembaga riset Wells Fargo Investment Institute bahkan menaikkan proyeksi harga emas untuk akhir tahun 2026 menjadi di kisaran US$ 4.500–4.700 per ons, dari perkiraan sebelumnya US$ 3.900–4.100 per ons.
sumber : investor.id
Bagikan Berita Ini