• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

Harga Emas Cetak Rekor Beruntun, Target Berikutnya US$ 3.900

Harga emas global masih melanjutkan reli penguatan dan dinilai berpotensi segera menembus level psikologis US$ 3.900 per troy ounce.

Sentimen positif ini dipicu oleh kombinasi faktor fundamental maupun teknikal, seperti meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS), serta kekhawatiran terhadap ancaman government shutdown.

Pada perdagangan sesi Asia, Rabu (1/10/2025), harga emas terpantau naik tipis 0,21% menjadi US$ 3.866,47 per ounce pada pukul 14.16 WIB. Di awal perdagangan, logam mulia ini bahkan sempat mencetak rekor baru sepanjang masa di level US$ 3.875,5 per ounce. Kenaikan tersebut menandai reli emas ke rekor tertinggi dalam lima sesi berturut-turut.

Mengutip CNBC International, harga emas juga terdorong oleh data tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan, sehingga memperbesar peluang pemangkasan suku bunga The Fed.

“Emas kembali menunjukkan resiliensi luar biasa, mampu pulih cepat setelah dirilisnya data lowongan kerja (JOLTs) AS yang mengecewakan. Data ini tidak akan mengubah prospek pemangkasan suku bunga The Fed bulan depan,” jelas analis independen logam mulia, Tai Wong.

Menurutnya, ketidakpastian akibat ancaman shutdown pemerintah AS semakin memperkuat minat beli emas sebagai aset lindung nilai.

Data terbaru menunjukkan jumlah lowongan kerja AS hanya naik tipis pada Agustus, sementara tingkat perekrutan melemah. Hal ini mencerminkan pasar tenaga kerja yang melambat, memberi ruang bagi The Fed untuk kembali memangkas suku bunga pada Oktober.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar menilai peluang 97% The Fed menurunkan suku bunga bulan depan. Dalam kondisi ketidakpastian tinggi dan suku bunga rendah, emas biasanya menjadi aset favorit investor.

Sepanjang September, emas sudah menguat 11,5%, menuju kenaikan bulanan terbesar sejak Agustus 2011. Secara kuartal, harga naik 16,4%. Jika dibandingkan tahun lalu, lonjakannya mencapai 46,46%, sementara secara year-to-date telah menguat 47,47%.

Pemerintah AS kini menghadapi ancaman shutdown karena kebuntuan politik antara Partai Demokrat dan Republik yang belum mencapai kesepakatan pendanaan sebelum tenggat waktu.

“Shutdown yang berlangsung lama bisa memberi dampak negatif terhadap perekonomian AS, sehingga mendorong The Fed melonggarkan kebijakan. Ini tentu menjadi katalis positif bagi emas,” tutur Analis TD Securities, Bart Melek.

Bahkan, Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan bila shutdown benar-benar terjadi, rilis data resmi seperti laporan ketenagakerjaan bulanan pada Jumat (3/10/2025) terpaksa ditangguhkan.

 

sumber : investor.id

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?