• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

Pemegang Emas Berdoa Menjelang Pelantikan Trump

Harga emas diproyeksi akan volatile pada pekan ini bersamaan dengan pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada Senin waktu AS (20/1).

Dilansir dari Refinitiv, harga emas dunia mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (17/1) 0,45% di angka US$2.701/troy ons.

Sementara secara mingguan, harga emas masih menguat 0,44% dari US$2.689/troy ons pada 10 Januari 2025.

Pada hari ini, Senin (20/1) pukul 06.23 WIB, harga emas menguat tipis 0,02% ke US$2702,08 per troy ons.

David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, menyebut penurunan ini sebagai aksi ambil untung dengan sedikit tekanan dari penguatan dolar. Meski begitu, emas mencatatkan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut setelah data inflasi inti AS yang lebih lemah dari perkiraan memicu spekulasi akan adanya lebih dari satu pemotongan suku bunga oleh The Fed.

Emas tetap menjadi aset aman di tengah kekhawatiran inflasi, ketidakpastian geopolitik, dan prospek kebijakan perdagangan yang kontroversial. Pasar kini menunggu pelantikan Trump pada 20 Januari, di mana kebijakan tarif perdagangan yang luas diprediksi dapat memicu perang dagang, sekaligus meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai.

"Trader harus memantau pengumuman kebijakan Trump dan laporan ekonomi yang akan datang, karena hal ini akan sangat mempengaruhi ekspektasi inflasi, dolar, dan tren suku bunga. Dalam lingkungan ketidakpastian fiskal dan moneter, daya tarik emas sebagai aset pelindung tetap kuat," tutur James Hyerczyk, dikutip dari FX Empire.

Di sisi lain, klaim pengangguran awal AS yang lebih tinggi dari perkiraan turut mendukung harga emas dengan menekan imbal hasil Treasury. Meski demikian, harga emas sempat tertekan oleh harapan gencatan senjata Israel-Hamas pada 19 Januari 2025.

Proyeksi harga emas ke depan terbagi dalam tiga skenario utama: optimis, stabil, dan pesimis. Pada skenario optimis, emas diperkirakan naik ke $3.000 per ons jika The Fed menurunkan suku bunga lebih lanjut, melemahkan dolar, dan mendorong permintaan dari bank sentral. 

Sementara pada skenario stabil, emas diprediksi tetap di kisaran $2.800 jika inflasi kembali ke target 2% dan ketegangan geopolitik mereda. Sebaliknya, pada skenario pesimis, penguatan dolar dan suku bunga riil yang lebih tinggi dapat menekan harga emas di bawah level teknis utama.

Analis dari J.P. Morgan dan Deutsche Bank sepakat bahwa emas akan tetap diminati pada 2025, terutama karena perannya sebagai lindung nilai risiko di tengah ketidakpastian global. Faktor utama seperti permintaan fisik dari bank sentral dan pasokan yang terbatas diperkirakan akan terus mendukung harga logam mulia ini.

CNBC

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?