• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

Analisis Pengaruh Pidato Kepala The Fed terhadap Harga Emas Global

Harga emas di pasar global pada minggu ini diperkirakan akan mengalami fluktuasi yang tinggi seiring dengan rilis data pekerjaan Amerika Serikat dan pidato dari kepala bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed. 

Menurut data dari CNBC, harga emas dunia di pasar spot pada awal perdagangan hari Senin (2/12) pukul 6.10 WIB tercatat sebesar US$2.647,93, turun 0,2% dari posisi sebelumnya. 

Selama minggu lalu, harga emas menunjukkan pola fluktuatif yang signifikan, dengan kenaikan tipis ke US$2.638,87 per troy ons pada Jumat pagi (29/11) sebelum ditutup pada level US$2.653,55 per troy ons di akhir sesi perdagangan. Secara mingguan, emas mengalami penurunan sekitar 2%, menjadi salah satu minggu terlemah dalam dua bulan terakhir. Pada hari Selasa (3/12) akan ada rilis data penting dari Amerika Serikat yaitu data pembukaan pekerjaan. Menurut konsensus Trading economics, data pembukaan pekerjaan di Amerika Serikat diperkirakan akan meningkat menjadi 7,49 juta lowongan dari bulan sebelumnya 4,33 juta. 

Selanjutnya, Jerome Powell akan memberikan pidato pada hari Kamis (5/12) pukul 1.45 WIB. Investor menunggu sinyal mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed setelah rilis notulen FOMC bulan lalu. Dalam notulen dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November yang dirilis Rabu kemarin dini hari, pejabat The Fed menyampaikan bahwa inflasi sedang melambat dan pasar tenaga kerja tetap kuat, yang memungkinkan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut meskipun dilakukan secara bertahap. 

Ringkasan pertemuan tersebut memuat beberapa pernyataan yang menunjukkan bahwa para pejabat merasa nyaman dengan laju inflasi, meskipun menurut sebagian besar ukuran, inflasi masih berada di atas target 2% yang ditetapkan oleh Fed. Dengan hal tersebut, dan dengan keyakinan bahwa situasi lapangan pekerjaan masih cukup solid, anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menunjukkan bahwa kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut akan dilakukan, meskipun mereka tidak menentukan kapan dan seberapa besar. 

"Dalam membahas prospek kebijakan moneter, peserta memperkirakan bahwa jika data sesuai dengan harapan, dengan inflasi yang terus menurun secara berkelanjutan menuju 2% dan ekonomi tetap berada dekat dengan kondisi pekerjaan maksimum, maka kemungkinan besar akan tepat untuk bergerak secara bertahap menuju kebijakan yang lebih netral dari waktu ke waktu," kata notulen tersebut.

CNBC

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?