Hari ini, harga emas dunia mengalami penurunan, meskipun sebelumnya telah menunjukkan tren peningkatan selama lima hari berturut-turut. Fluktuasi ini diperkirakan akan berlanjut seiring dengan pengumuman data inflasi konsumen AS dan catatan rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Menurut data CNBC, harga emas dunia naik 1,6% menjadi US$2.712,55 per troy ons pada penutupan perdagangan Jumat (22/11). Namun, pada Senin (25/11) pukul 06:13 WIB, harga emas turun sedikit menjadi US$2.712,42 per troy ons.
Daya tarik emas dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik, risiko ekonomi, dan lingkungan suku bunga rendah. Harga emas dunia mengalami peningkatan signifikan minggu lalu, mencatatkan kinerja mingguan terbaik dalam 20 bulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan permintaan akan aset pelindung (safe-haven) di tengah ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung, meskipun dolar AS tetap kuat.
Harga emas naik sebesar 6% dalam seminggu terakhir, mencapai level tertinggi dalam dua minggu. Ini menandai kenaikan mingguan pertama untuk emas setelah tiga minggu berturut-turut mengalami penurunan, yang sempat menurunkan harga hingga ke level terendah dalam dua bulan di US$2.536 per troy ons. Menurut analisis Gold Bullion, emas berhasil memulihkan lebih dari setengah kerugian sebelumnya hanya dalam waktu satu minggu.
Pendorong utama lonjakan harga yang signifikan minggu lalu adalah permintaan yang kembali meningkat untuk aset pelindung, yang dipicu oleh ketegangan geopolitik. Saat minggu berakhir, permintaan untuk emas meningkat karena para investor mencari perlindungan menjelang akhir pekan, mengantisipasi kemungkinan perkembangan baru dalam konflik tersebut. Ini memungkinkan emas mengungguli komoditas dan investasi lainnya.
Kendati dolar AS menunjukkan kekuatan yang naik untuk minggu ketiga berturut-turut mencapai level tertinggi dalam dua tahun terhadap sekeranjang mata uang utama harga emas tetap naik. Kekuatan dolar didorong oleh permintaan yang kuat sebagai mata uang pelindung, ditambah dengan ketidakpastian seputar kebijakan moneter dan perubahan suku bunga.
Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tetap dekat dengan level tertinggi dalam enam bulan, faktor yang biasanya memberikan tekanan pada harga emas. Namun, permintaan yang kuat untuk aset pelindung memungkinkan emas mengatasi hambatan-hambatan ini, memulihkan kerugian terkini dan mempertahankan trajektori kenaikannya.
Saat ini, ada probabilitas 60% bahwa bank sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Desember, dengan peluang 40% bahwa suku bunga akan tetap tidak berubah. Federal Reserve sudah mengadopsi pendekatan pelonggaran moneter yang hati-hati, dengan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September, diikuti dengan pengurangan 25 basis poin pada bulan November. Meskipun ini mencerminkan kehati-hatian, hal ini tidak menunjukkan pesimisme terkait prospek ekonomi secara keseluruhan di bawah pemerintahan yang akan datang.
Harga emas diperkirakan akan mengalami volatile pekan ini karena ada data penting dari AS. Namun, ketegangan politik di Timur Tengah bisa tetap menopang harga emas. Pada Rabu (27/11), AS juga akan merilis data 2nd estimation Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2024. Sebelumnya, pertumbuhan PDB riil AS tetap sehat pada kuartal III-2024 dengan tumbuh sebesar 2,8%, di bawah estimasi konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan sekitar 3%.
Masih di hari yang sama, terdapat rilis klaim pengangguran awal dan berkelanjutan. Pada periode sebelumnya, jumlah individu yang mengajukan tunjangan pengangguran di AS turun 6.000 dari minggu sebelumnya menjadi 213.000 pada periode yang berakhir 16 November, paling sedikit sejak April, dan jauh di bawah ekspektasi pasar untuk peningkatan menjadi 220.000. Hasil tersebut memperluas pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap pada level yang kuat secara historis meskipun ada siklus pengetatan agresif oleh bank sentral AS (The Fed) pada kuartal terakhir, menambah kelonggaran bagi bank sentral untuk memperlambat laju pelonggaran moneter jika inflasi tetap tinggi. Sementara, rata-rata pergerakan empat minggu, yang mengurangi volatilitas secara mingguan, turun 3.750 menjadi 217.750.
Masih di hari yang sama, terdapat rilis data inflasi pengeluaran pribadi warga AS (PCE) periode Oktober 2024. Pada periode sebelumnya, inflasi di AS meningkat 2,1% secara tahunan (yoy) pada September 2024, turun dibandingkan dengan kenaikan 2,3% yang direvisi naik pada bulan Agustus dan sesuai dengan perkiraan. Sementara itu, inflasi inti AS (PCE) meningkat 2,7% secara tahunan (yoy) pada September 2024, sama seperti pada periode Agustus 2024, tetapi di atas perkiraan sebesar 2,6%.
Di hari yang sama juga, terdapat risalah Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS yang juga akan dicermati pelaku pasar.
Bagikan Berita Ini