Meskipun Bank Indonesia (BI) telah menyampaikan optimisme tentang penguatan rupiah di tahun ini, mata uang tersebut masih menunjukkan penurunan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Menurut laporan dari CNBC, rupiah dibuka dengan penurunan 0,03% pada angka Rp16.100/USD hari ini, Kamis(18/7). Tidak sampai satu menit, rupiah kembali mengalami depresiasi 0,34.
Sementara itu, DXY pada pukul 08:54 WIB naik sedikit 0,01% di angka 103,76. Angka ini lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin yang berada di angka 103,75.
Sehari sebelumnya, BI telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya di level 6,25%. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar yang dikumpulkan oleh CNBC Indonesia dari 12 institusi.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa nilai tukar rupiah di masa mendatang akan cenderung menguat. Hal ini disebabkan oleh potensi percepatan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), pada tahun 2024.
"Jika itu terjadi, maka ada peluang bagi rupiah untuk semakin menguat, atau setidaknya menjadi lebih stabil, dengan probabilitas penurunan Fed Fund Rate yang lebih cepat," kata Perry.
Perry menambahkan, penurunan suku bunga acuan The Fed, yaitu Fed Fund Rate, kemungkinan akan terjadi pada November 2024.
Namun, ketidakpastian masih menghantui iklim ekonomi global, khususnya inflasi AS yang masih berada di atas target The Fed sebesar 2%. Selain itu, kekhawatiran akan kembali meningkatnya inflasi juga masih menjadi perhatian pasar. Jika inflasi kembali naik, hal ini akan menghapus harapan akan penurunan suku bunga The Fed tahun ini.
Bagikan Berita Ini