Tren kenaikan harga emas global terjadi setelah diperkirakan akan ada dua kali pemotongan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, pada tahun ini.
Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot pada Senin (20/5) pukul 6.10 WIB mencapai US$2.418,34 per troy ons, naik 0,15% dibandingkan hari sebelumnya.
Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, mengatakan bahwa emas merespons gagasan bahwa inflasi di AS mungkin terkendali dan pembicaraan tentang periode suku bunga tinggi yang berkepanjangan akan berkurang.
Pedagang memperkirakan dua kali pemotongan suku bunga seperempat poin dari Federal Reserve tahun ini, dengan November menjadi titik awal yang paling mungkin. Suku bunga yang lebih rendah cenderung meningkatkan daya tarik logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil.
Harapan patahnya tren suku bunga tinggi pada 2024 melambung kala inflasi AS periode April mendingin. Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan bahwa inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,4% (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya 3,5%. Inflasi inti AS juga ikut mendingin pada periode April yakni 3,6% yoy, dibandingkan dengan Maret yang tumbuh 3,8% yoy. Inflasi menjadi tolak ukur bagi The Fed dalam kebijakan moneter.
The Fed mematok target inflasi 2% untuk lebih yakin dalam menurunkan suku bunga yang tinggi. Sehingga saat inflasi dalam tren mendingin, rasa optimisme para pelaku pasar semakin meningkat.
Menurut perangkat FedWatch, kemungkinan The Fed memangkas suku bunga akan terjadi pada pertemuan 18 September 2024 senilai 25 basis poin menjadi 5%-5,25%.
Kemudian terjadi satu kali lagi pada pertemuan 18 Desember 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5%. Pasar juga mendapat dorongan setelah China, konsumen utama logam industri serta emas, mengumumkan langkah-langkah "bersejarah" untuk menstabilkan sektor properti yang dilanda krisis. Harga spot emas naik lebih dari 2% dalam sepekan ini.
Sementara itu, harga emas acuan di London mengakhiri minggu ini dengan rekor tertinggi US$2.402,60 per troy ounce, kata London Bullion Market Association (LBMA).
James Stanley, Senior Strategist dari Forex.com menjelaskan harga emas tengah menguji titik resistance di US$ 2.400 per troy ons.
Jika emas mampu melewati titik tersebut maka harganya bisa terbang ke US$ 2.500 per troy ons. Stanley mengatakan, "Emas jelas tengah menguji titik resistance US$ 2.400.
Emas tidak kesulitan menembus US4 2.300 tetapi sangat sulit menyentuh US$ 2.400 karena kenaikan harganya yang sudah sangat tinggi."
Proyeksi dari ROTH Capital Partners bahkan lebih tinggi lagi. Analis mereka, JC O'Hara memperkirakan emas bisa saja menembus US$ 2.600 dalam waktu dekat. "Emas dalam tren penguatan terus menerus, secara teknikal harganya bisa tembus US$ 2.600," tutur O'Hara.
Bagikan Berita Ini