Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk memastikan stabilitas berbagai indikator ekonomi di tengah tantangan global seperti konflik dan kebijakan suku bunga tinggi. Misalnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini berada di atas Rp 16.000/US$, dan harga komoditas, terutama minyak mentah, telah meningkat akibat konflik di Timur Tengah. Pemerintah, bekerja sama dengan BI, OJK, dan LPS, berupaya menjaga stabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi kita," kata Suahasil dalam acara Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2024.
Meski demikian, kita harus tetap waspada dan memantau pergerakan kurs, harga minyak, dan suku bunga global. Masalah global ini berpotensi mempengaruhi ekonomi Indonesia, yang sedang berusaha untuk menjadi negara maju pada 2045. Namun, Suahasil menegaskan bahwa target ini tidak akan dibiarkan menyimpang dan akan terus dikejar untuk menjadikan Indonesia negara yang makmur dan sejahtera.
Selain itu, masih ada banyak peluang pertumbuhan ekonomi baru, seperti peningkatan ekonomi hijau dan digitalisasi. Menurut Suahasil, dua aspek ini akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru karena banyak peluang bisnis yang bisa tumbuh dari energi baru dan terbarukan, serta efisiensi dari digitalisasi.
Untuk mencapai tujuan menjadi negara maju, pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi di masa depan akan tumbuh di level 6%, dengan aliran modal tumbuh sebesar 3%, tenaga kerja 1,6% tidak berubah, dan produktivitas naik 1,4%. "Kebijakan fiskal menjadi salah satu komponen yang kita gunakan untuk mendorong pertumbuhan tersebut, dan kebijakan fiskal 2025 kita gunakan untuk mewujudkan visi Indonesia Maju 2045," tutur Suahasil.
Bagikan Berita Ini