• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

AS dan China Masih Jadi Beban Harga Minyak Mentah

Harga minyak kembali melemah pada pembukaan perdagangan Senin (12/6/2023) karena kekhawatiran permintaan membayangi pemangkasan produksi Arab Saudi.

Harga minyak mentah WTI melemah hingga 0,50% ke posisi US$69,82 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka melemah hingga 0,55% ke posisi US$74,38 per barel.

Pada perdagangan Jumat (9/6/2023), minyak WTI ditutup melemah 1,57% ke posisi US$70,17 per barel sementara minyak brent juga melemah 1,54% ke posisi US$74,79 per barel.

Harga minyak kembali turun dan mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut pada pekan lalu. Data China yang mengecewakan menambah keraguan tentang pertumbuhan permintaan setelah keputusan akhir pekan Arab Saudi untuk memangkas produksi.

Minyak turun sepekan lalu karena laporan media mengenai kesepakatan nuklir Amerika Serikat (AS) dan Iran akan segera terjadi dan akan menghasilkan lebih banyak pasokan.

"Pemangkasan Saudi hanya mampu mengangkat harga sedikit, dan kemudian pembicaraan tentang potensi kembalinya barel Iran mengalami penurunan besar. Para investor jangka panjang kemungkinan akan menunggu sampai penurunan persediaan minyak yang lebih besar," ucap Giovanni Staunovo, analis UBS.

Harga minyak bisa kembali naik didukung oleh janji Arab Saudi pada pekan lalu untuk memangkas lebih banyak produksi di atas pemangkasan yang telah disepakati sebelumnya dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya.

Namun, kenaikan stok bahan bakar AS dan data ekspor China yang lemah masih membebani pasar.

"Ketika kita memasuki musim berkendara musim panas di Belahan Bumi Utara, permintaan akan menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah persediaan yang terbatas harus mendorong harga lebih tinggi, atau permintaan yang lemah menyebabkan harga yang lebih rendah," ucap Rob Haworth, pakar strategi investasi senior di U.S. Bank Asset Management.

Harga-harga di gerbang pabrik China turun dengan laju tercepat dalam tujuh tahun terakhir di bulan Mei dan lebih cepat daripada perkiraan, karena permintaan yang goyah membebani sektor manufaktur yang melambat dan menimbulkan awan gelap di atas pemulihan ekonomi yang rapuh.

Beberapa analis memperkirakan harga minyak akan naik jika Federal Reserve AS menunda kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 13-14 Juni. Keputusan The Fed juga dapat mempengaruhi langkah Arab Saudi selanjutnya.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya mungkin akan bergantung pada data inflasi dan keputusan suku bunga dalam beberapa minggu ke depan," ungkap analis OANDA, Craig Erlam.

SUMBER:CNBC Indonesia

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?