• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

Risiko Geopolitik dan Konsolidasi Harga Emas

Harga emas saat ini terjebak dalam dinamika tarik ulur yang dipengaruhi oleh sentimen geopolitik di kawasan Arab serta konflik Rusia-Ukraina. Baru-baru ini, Israel dan kelompok Hizbullah telah sepakat untuk melaksanakan gencatan senjata. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengumumkan bahwa gencatan senjata di Lebanon akan mulai berlaku pada Rabu (27/11) pagi. Pernyataan ini muncul setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa gencatan senjata dengan Hizbullah akan memungkinkan Israel untuk lebih fokus pada Hamas dan Iran, musuh utamanya.

"Gencatan senjata akan dimulai pukul 4:00 pagi waktu setempat," ungkap Biden dalam konferensi pers di Gedung Putih, setelah pengumuman dari kantor Netanyahu mengenai persetujuan kesepakatan oleh para menteri.

Emas dikenal sebagai aset aman yang banyak dicari saat terjadi ketidakstabilan politik, seperti perang. Dengan adanya gencatan senjata, nilai emas mengalami penurunan karena pengumuman tersebut. Namun, kekhawatiran terkait Ukraina dan rencana tarif dari Presiden terpilih AS, Donald Trump, membatasi penurunan harga emas. Kedua faktor ini menciptakan ketidakpastian yang justru menguntungkan emas.

Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, menyatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah hanya sedikit mengurangi risiko geopolitik secara keseluruhan, meskipun ada sedikit optimisme. Dia juga menambahkan bahwa kekhawatiran mengenai dampak invasi Rusia ke Ukraina tetap tinggi, dan memprediksi bahwa harga emas akan mengalami konsolidasi dalam kisaran US$ 2.575 hingga US$ 2.750.

Dalam pertemuan tersebut, pejabat menunjukkan kenyamanan dengan laju inflasi, meskipun inflasi masih di atas target 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve (Fed). Inflasi AS tercatat meningkat menjadi 2,6% (year on year) pada Oktober 2024, naik dari 2,4% pada September 2024. Dengan situasi pekerjaan yang dianggap solid, anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengindikasikan kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut, meskipun rincian mengenai waktu dan besaran pemangkasan belum ditentukan. Risalah pertemuan menyebutkan bahwa jika data ekonomi sesuai harapan, dengan inflasi yang terus menurun menuju 2% dan ekonomi mendekati tingkat pekerjaan maksimum, maka akan tepat untuk secara bertahap beralih ke kebijakan yang lebih netral.

CNBC

 

 

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?