• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

Indeks Dolar AS Naik Tipis Setelah Tiga Hari Penurunan, Penegasan The Fed Mengenai Suku Bunga

Performa mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (6/5) kemarin mengalami variasi. Dilansir dari CNBC, beberapa mata uang Asia menguat, sementara yang lain melemah.

Yuan China dan rupiah Indonesia menguat masing-masing sebesar 0,45% dan 0,37% terhadap dolar AS. Namun, yen Jepang mengalami penurunan sebesar 0,59%, diikuti oleh peso Filipina yang terdepresiasi sebesar 0,14%.

Indeks dolar AS (DXY) mengalami kenaikan tipis sebesar 0,02% kemarin setelah mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut sejak 1 Mei 2024, dengan total penurunan lebih dari 1%. Penurunan indeks dolar ini terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menegaskan bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini.

Sebelumnya, pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/5), The Fed mengumumkan keputusan untuk mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,5%. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa The Fed tidak berencana untuk menaikkan suku bunga tahun ini. Pernyataan ini menghapus harapan beberapa pelaku pasar yang sebelumnya mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga oleh The Fed. "Saya rasa tidak mungkin kenaikan suku bunga ada dalam kebijakan ke depan. Saya tegaskan tidak mungkin," ujar Powell.

Selain itu, data ketenagakerjaan yang dirilis pada Jumat (3/5) menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di AS melambat lebih dari perkiraan pada bulan April, sehingga mengurangi tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Menurut laporan dari Reuters, Presiden Fed Richmond Thomas Barkin menyatakan bahwa tingkat suku bunga saat ini sudah cukup untuk menstabilkan perekonomian dan mengembalikan inflasi ke target bank sentral sebesar 2%. Selain itu, kondisi pasar tenaga kerja memberikan waktu bagi para pejabat untuk menunggu.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank of New York, John Williams, menyatakan bahwa meskipun penurunan suku bunga akan terjadi, kebijakan moneter saat ini berada dalam kondisi yang sangat baik. Terdapat sedikit optimisme di pasar, yang tercermin dari CME FedWatch Tool yang menunjukkan peningkatan potensi pemangkasan suku bunga dari 25 basis poin (bps) pada awal pekan lalu menjadi dua kali lipat, atau sebesar 50 bps hingga Desember 2024.

 

CNBC

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?