• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

Pemulihan Cepat: APBN 2023 Catat Surplus Sebesar Rp 92 Triliun, Sri Mulyani: Prestasi yang Mengejutkan

Menurut catatan Kementerian Keuangan, Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2023 mencatat surplus primer sebesar Rp 92 triliun, sebuah pencapaian yang terjadi di tengah tekanan luar biasa. Jika dibandingkan dengan defisit primer sebesar Rp 74,1 triliun pada 2022, peningkatan ini mencapai lebih dari Rp 166 triliun pada 2023, sebuah pencapaian yang menurut Sri Mulyani sangat luar biasa.

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, menyatakan bahwa meski dihadapkan dengan volatilitas komoditas global, penerimaan pajak masih melebihi target. Selain itu, belanja dan defisit masih dapat dipertahankan pada level yang aman.

"Kami dapat terus menekan defisit sehingga surplus primer kita mencapai Rp 92 triliun, ini adalah pencapaian yang lebih cepat dari perkiraan dan merupakan surplus balance primer pertama dalam 12 tahun terakhir (sejak 2012)," kata Sri Mulyani, dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024, Kamis (7/3).

Dikutip dari CNBC, pada akhir 2023, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hanya sebesar 1,65% terhadap produk domestik bruto (PDB). Ini jauh lebih kecil dari yang diasumsikan sebelumnya. Bahkan, lebih kecil dibandingkan masa pandemi pada 2020 yang sempat meningkat di atas 6%.

Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa APBN Indonesia mengalami pemulihan dengan cepat. Menurut Sri Mulyani, prestasi ini mendapat penghargaan dari berbagai negara di dunia.

Sri Mulyani menyebutkan bahwa beberapa rekan sejawatnya yang juga menjabat sebagai menteri keuangan menilai bahwa Indonesia cukup unggul dalam hal fiskal dan pendapatan belanja negara.

Seperti yang dikutip dari naskah APBN 2014, keseimbangan primer adalah perbedaan antara total pendapatan negara dan belanja negara, tidak termasuk pembayaran bunga utang.

Jika total pendapatan negara lebih tinggi daripada belanja negara tanpa memperhitungkan pembayaran bunga utang, maka keseimbangan primer akan menjadi positif, yang berarti masih ada dana yang cukup untuk membayar bunga utang.

Namun, jika total pendapatan negara lebih rendah daripada belanja negara tanpa memperhitungkan pembayaran bunga utang, maka keseimbangan primer akan menjadi negatif, yang berarti tidak ada lagi dana yang tersedia untuk membayar bunga utang.

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?