Harga minyak mulai stabil di perdagangan Asia setelah terjadinya turun yang tajam akibat pemotongan harga yang besar. Pemotongan harga minyak yang besar oleh Arab Saudi menambah kekhawatiran atas permintaan yang lesu. Negara pengekspor minyak terbesar di dunia memangkas harga ekspornya ke asia dan ke beberapa wilayah eropa. Langkah ini diambil di tengah-tengah meningkatnya kekhawatiran yang akan melambatnya permintaan minyak mentah, terutama di negara - negara konsumen utama Asia seperti China.
Dikutip dari investing.com, Selain pemangkasan harga dari Arab Saudi, data dari Reuters menunjukan adanya peningkatan produksi pada bulan desember dari Organisasi negara-negara pengekspor minyak. Peningkatan ini dikarenakan adanya produksi dari anggota group produsen lain dan keluarnya anggota OPEC+ Angola yang menimbulkan keraguan terhadap harga minyak. Pemangkasan produksi OPEC+ pada awal minggu 2024 banyak mengecewakan pasar, mengingat bahwa pemangkasan tersebut bersifat sukarela dan margin yang sangat kecil.
Kerugian yang terjadi pada hari senin (8/1) menghapus harga minyak yang menguat selama seminggu terakhir dan mengembalikan harga minyak ke level terendah. Pasar minyak mulai tidak tenang menjelang pengumuman Data Inflasi AS yang akan dirilis pada minggu ini, hari kamis. Rilisnya Data Inflasi AS diyakini akan memiliki dampak yang signifikan pada kebijakan suku bunga. sementara dari itu, data inflasi AS dan data perdagangan dari China dip[erkirakan akan memberikan insight lebih lanjut mengenai kondisi pasar bagi negara importir minyak terbesar di dunia.
Bagikan Berita Ini